ID card atau kartu identitas karyawan mungkin terlihat seperti benda sederhana, tetapi ia menyimpan peran vital dalam ekosistem perusahaan modern. Lebih dari sekadar aksesori, ID card adalah perpanjangan identitas perusahaan dan perlindungan bagi karyawan. Dari desainnya yang minimalis hingga fitur keamanan canggih, setiap detail pada kartu ini dirancang untuk menyeimbangkan fungsi praktis dan profesionalitas. Lalu, bagaimana sejarah ID card hingga menjadi standar di perusahaan bonafit? Mengapa ukurannya perlu diperhatikan secara khusus? Artikel ini akan mengupas tuntas pertanyaan tersebut.
Sejarah ID Card: Dari Medan Perang ke Meja Kerja
Konsep ID card pertama kali muncul di lingkungan militer, bukan korporat. Selama Perang Dunia II, Angkatan Darat Amerika Serikat memperkenalkan dog tag dan kartu identifikasi untuk membedakan pasukan sekutu dari musuh. Menurut catatan National WWII Museum, kartu ini juga digunakan untuk mengidentifikasi korban perang. Desainnya sederhana: nama, nomor registrasi, dan unit militer tercetak pada lempengan logam atau kertas tebal.
Pada 1950-an, perusahaan-perusahaan di sektor industri mulai mengadopsi konsep serupa. Revolusi industri memicu kebutuhan akan manajemen karyawan yang lebih terstruktur. ID card menjadi alat untuk memastikan hanya staf berwenang yang bisa mengakses area produksi. Seiring perkembangan teknologi, kartu ini berevolusi dari kertas laminasi menjadi plastik PVC dengan chip magnetik, seperti yang digunakan untuk akses pintu otomatis di era 1980-an.
Mengapa Perusahaan Besar Memaksa Karyawan Memakai ID Card?
Bagi perusahaan, ID card bukan sekadar kewajiban administratif. Di balik ukurannya yang kecil, tersimpan manfaat strategis yang mendukung operasional bisnis. Pertama, ID card berfungsi sebagai gatekeeper. Di lingkungan kerja dengan tingkat keamanan tinggi—seperti pabrik farmasi atau pusat data—kartu ini membatasi akses hanya pada karyawan yang berhak. Teknologi RFID atau QR code yang tertanam di dalamnya memastikan setiap gerakan karyawan tercatat secara real-time.
Kedua, ID card adalah media branding yang efektif. Desainnya yang memuat logo perusahaan, warna korporat, dan slogan resmi menciptakan kesan profesional di mata klien atau tamu. Contoh nyata bisa dilihat di perusahaan seperti Bank Central Asia (BCA), yang menggunakan ID card dengan dominasi warna biru dan logo seragam untuk memperkuat identitas merek.
Bagi karyawan, ID card memberikan rasa aman dan pengakuan. Kartu ini melindungi mereka dari potensi penyalahgunaan identitas, terutama di perusahaan dengan ribuan staf. Di sisi lain, ID card juga menjadi simbol kebanggaan—sebuah pengakuan bahwa mereka adalah bagian dari organisasi yang terpercaya.
Ukuran ID Card Standar: Antara Kebutuhan dan Kenyamanan
Pemilihan ukuran ID card tidak bisa dilakukan sembarangan. Terlalu besar, kartu akan mengganggu kenyamanan pengguna. Terlalu kecil, informasi menjadi tidak terbaca. Berikut standar ukuran yang umum digunakan di perusahaan:
1. CR80 (ID-1) – 85.6 mm x 54 mm
Ukuran ini mengikuti standar internasional ISO/IEC 7810, sama dengan kartu kredit atau ATM. Dimensinya ideal untuk menampung informasi dasar: foto, nama, jabatan, dan logo perusahaan. Karena kompatibel dengan mesin pembaca kartu (card reader), CR80 banyak dipakai di perusahaan teknologi dan finansial yang memerlukan integrasi dengan sistem digital.
2. B2 (70 mm x 50 mm)
Sedikit lebih kecil dari CR80, ukuran B2 cocok untuk desain landscape yang ingin menonjolkan visual. Perusahaan retail seperti Starbucks kerap memilih ukuran ini untuk menampilkan gambar produk atau promo khusus di bagian belakang kartu.
3. Custom Kecil (40 mm x 60 mm)
Ukuran ini populer di industri hospitality, seperti hotel atau restoran. Dengan bentuk vertikal (portrait), kartu mudah digantung di saku seragam tanpa mengganggu pergerakan. Meski ringkas, tetap memuat informasi kritikal seperti nama dan departemen.
Untuk konversi desain, ukuran CR80 setara dengan 1010 x 638 piksel pada resolusi 300 dpi. Sementara B2 membutuhkan canvas digital 827 x 591 piksel. Pemilihan orientasi (portrait/landscape) juga memengaruhi keterbacaan. Portrait cocok untuk foto wajah yang jelas, sementara landscape ideal untuk perusahaan yang ingin menampilkan tagline atau ilustrasi horizontal.
ID Card vs. Name Tag vs. Co-Card: Memilih Sesuai Kebutuhan
Meski sering disamakan, ketiga item ini memiliki fungsi berbeda. ID card dirancang untuk identifikasi menyeluruh. Ia dilengkapi foto, nomor induk karyawan, dan fitur keamanan seperti hologram. Sementara name tag—biasanya berukuran 25x75 mm—hanya menampilkan nama dan jabatan. Contohnya bisa dilihat di pramuniaga retail yang tidak memerlukan akses khusus, cukup memperkenalkan diri ke pelanggan.
Adapun co-card adalah kartu tambahan dengan fungsi terbatas. Misalnya, kartu akses sementara untuk vendor atau peserta pelatihan. Co-card jarang memuat foto dan masa berlakunya singkat (1-3 hari).
Tips Mendesain ID Card yang Fungsional dan Estetis
Agar ID card efektif, perusahaan perlu memperhatikan tiga prinsip dasar. Pertama, keterbacaan. Gunakan font sans-serif seperti Arial atau Helvetica dengan ukuran minimal 8 pt untuk teks sekunder. Kedua, keamanan. Tambahkan elemen anti-pemalsuan seperti microtext atau garis UV yang hanya terlihat di bawah sinar tertentu. Ketiga, konsistensi branding. Posisikan logo di sudut kiri atas dan gunakan warna yang selaras dengan panduan merek perusahaan.
Dari ukurannya yang presisi hingga desainnya yang sarat makna, ID card membuktikan bahwa detail kecil mampu menciptakan perbedaan signifikan. Bagi perusahaan, ini adalah investasi dalam keamanan dan reputasi. Bagi karyawan, ia adalah simbol integritas yang menemani setiap langkah profesional mereka. Dengan memilih ukuran dan desain yang tepat—seperti CR80 atau B2—perusahaan tidak hanya memenuhi standar, tetapi juga mengangkat nilai diri di mata internal maupun eksternal.